KEGIATAN BELAJAR 3 PKSM
SISTEM INJEKSI
Sejarah singkat
percobaan sistem injeksi pada motor bensin. Sejak Robert Bosch
berhasil membuat pompa injeksi Diesel putaran tinggi (1922-1927), maka
dimulailah percobaan-percobaan untuk memakai pompa injeksi tersebut pada motor
bensin. Pada mulanya pompa injeksi motor bensin dicoba, bensin langsung
disemprotkan ke ruang bakar (seperti motor Diesel). Kesulitan akan terjadi
waktu motor masih dingin, karena bensin akan sukar menguap karena temperatur
rendah, akibatnya bensin akan mengalir ke ruang poros engkol dan bercampur
dengan oli, bila motor sudah panas masalah ini tidak ada lagi.
Untuk mengatasi
kesulitan ini, maka penyemprotan langsung pada ruang bakar, diganti dengan
penyemprotan pada saluran masuk. Elemen pompa juga harus diberi pelumasan
sendiri, karena bensin tidak dapat melumasi elemen pompa seperti solar, itu
berarti pembuatan konstruksi elemen lebih sulit dan mahal.
Para ahli
konstruksi terus berusaha merancang suatu sistem injeksi bensin yang berbeda
dari sistem – sistem terdahulu ( tanpa memakai pompa injeksi seperti motor
Diesel ), terutama untuk pesawat terbang kecil cukup tertarik memakai sistem
injeksi bensin, karena pesawat terbang yang memakai karburator akan mengalami
kesulitan antara lain :
-
Saluran
masuk tertutup es
-
Posisi
dan gerakan pesawat mempengaruhi kerja karburator
Untuk efisiensi
pemakaian bahan bakar, motor 2 tak & motor rotari (Wankel) juga suka
memakai sistem injeksi. Prinsip dasar sistem injeksi yang dipakai pada
mobil-mobil saat ini mulai selesai sekitar tahun 1960, dan tahun 1967 industri
Mobil VW mulai memakai sistem injeksi D (D-Jetronik), sistem ini pertama kali
memakai Unit Pengontrol Elektronika. Dari
tahun 1973 sampai saat ini sistem injeksi K (K-Jetronik) & L-Jetronik serta
Mono-Jetronik sudah dipakai pada mobil. Sistem-sistem injeksi ini merupakan
pilihan lain dari sistemkarburator, terutama pada negara-negara yang mempunyai
aturan yang ketat terhadap kondisi gas buang.
Komentar