Kegiatan Belajar 5 PKSM: Sistem Pengapian Konvensional
A. Sistem Pengapian
Sepeda Motor
System pengapian pada
motor bensin digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dengan
percikan api dari busi dengan waktu (timing) yang telah ditentukan. Saat
memeciknya api dari busi sampai membakar bahan bakar inilah disebut pengapian.
Waktu (timing) pengapian yang tepat dapat mempengaruhi peforma dari
sebuah kendaraan. Hal ini dikarenakan energi yang dihasilkan dari pembakaran
udara dan bahan bakar cukup optimal sehingga bahan bakar dan udara dapat
terbakar sempurna. Sebaliknya, jika pembakaran tidak tepat waktunya (timing)
maka energi yang dihasilkan tidak akan optimal.
B. Klasifikasi Sistem
Pengapian
Menurut sumber
tegangannya, sistem pengapian dibedakan menjadi dua macam, yaitu : sistem
pengapian baterai (DC) dan system pengapian magnet (AC). Adapun dalam
perkembangannya system pengapian berkembang menjadi dua sistem, yaitu:
1. Sistem Pengapian
Konvensional (Platina)
2. Sistem Pengapian
Elektronik (CDI)
Selanjutnya dalam
kegiatan belajar ini akan kita bahas mengenai system pengapian konvensional,
yaitu:
1. Sistem Pengapian
Magnet Konvensional (AC)
2. Sistem Pengapian
Baterai Konvensional (DC)
Pada minggu ini kita akan fokus kepada materi:
Komponen Sistem Pengapian Konvensional
1. Sumber Tegangan
berfungsi sebagai penyedia tegangan
yang diperlukan oleh sistem pengapian. Sumber tegangan system pengapian
dibedakan menjadi dua menurut jenis tegangan yang digunakan, yaitu:
a. Sumber tegangan
AC (Alternating Current), berupa Alternator (Kumparan Pembangkit dan Magnet),
berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin
menjadi tenaga listrik arus bolak-balik (AC).
b. Sumber tegangan DC
(Direct Current), berupa Baterai yangdidukung oleh sistem pengisian (Kumparan
Pengisian, Magnet dan Rectifier/Regulator), berfungsi sebagai penyedia tegangan
DC yang diperlukan oleh sistem pengisian.
2. Kunci Kontak
(Ignition Switch)
berfungsi sebagai saklar utama untuk
menghubung dan memutus (On-Off) rangkaian pengapian (dan rangkaian kelistrikan
lainnya) pada sepeda motor. Menurut fungsi dan cara kerjanya, kunci kontak
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kunci kontak untuk
pengapian AC (pengendali massa).
Pada posisi OFF dan
LOCK, kunci kontak membelokkan tegangan dari sumber tegangan (alternator) yang
dibutuhkan oleh sistem pengapian ke massa melalui terminal IG dan E kunci
kontak, sehingga sistem pengapian tidak dapat bekerja. Di sisi lain, pada
posisi OFF dan LOCK kunci kontak juga memutuskan hubungan tegangan (+) baterai
(terminal BAT dan BAT 1) sehingga seluruh sistem kelistrikan tidak dapat
dioperasikan. Pada posisi ON, kunci kontak memutuskan hubungan terminal IG dan
E, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator diteruskan ke sistem
pengapian. Sistem pengapian dapat dioperasikan, disamping itu hubungan terminal
BAT dan BAT 1 terhubung sehingga seluruh system kelistrikan dapat dioperasikan.
b. Kunci kontak untuk
pengapian DC (pengendali positif).
Pada posisi ON, kunci
kontak menghubungkan tegangan (+) baterai ke seluruh system kelistrikan
(termasuk system pengapian) untuk mengoperasikan seluruh sistem kelistrikan
yang ada. Pada posisi
OFF dan LOCK, kunci kontak memutuskan hubungan kelistrikan dari sumber tegangan
(terminal (+) baterai) yang dibutuhkan oleh seluruh sistem kelistrikan,
sehingga seluruh sistem kelistrikan tidak dapat dioperasikan.
3. Kumparan Pengapian
(Ignition Coil)
Berfungsi untuk menaikkan tegangan yang
diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian. Dalam kumparan pengapian terdapat kumparan primer
dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi tipis.
Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm, dengan jumlah lilitan 200 –
400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder 0,05 – 0,08 mm dengan
jumlah lilitan sebanyak 2000 – 15.000 kali.
Karena perbedaan jumlah gulungan pada kumparan primer dan sekunder tersebut, dengan cara mengalirkan arus listrik secara terputus-putus pada kumparan primer (sehingga pada kumparan primer timbul/hilang kemagnetan secara tiba-tiba), maka kumparan sekunder akan terinduksi sehingga timbul induksi tegangan tinggi sebesar ± 10.000 volt
Koil pengapian (AC)
4. Kontak Platina
(Contact Breaker)
berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada kumparan pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
Kontak Platina
5. Nok Platina (Breaker
Cam)
Membuka kontak platina pada waktu
(sudut engkol) yang tepat, sehingga saat pengapian dapat diatur menurut
ketentuan.
6. Kondensor (Capacitor)
Kondensor
7. Busi (Spark Plug)
Karena busi bekerja dalam ruang bakar
yang mengalami tekanan tinggi, perubahan temperatur secara drastis dari sangat
panas ke dingin secara berulang-ulang, serta harus tahan getaran yang keras
maka busi dibuat dari bahan-bahan yang tahan terhadap hal-hal tersebut.
Jenis busi pada umumnya
diklasifikasikan menurut keadaan panas dan temperatur di dalam ruang bakar.
Secara umum, pembagian jenis busi adalah sebagai berikut:
a) Busi Dingin (Cold Type Spark Plug)
b) Busi Panas (Hot Type Spark plug)
Busi dingin adalah busi yang mempunyai
kemampuan untuk menyerap dan melepas/membuang panas dengan cepat sekali. Busi
dingin biasanya digunakan pada mesin yang temperatur kerja dalam ruang bakarnya
tinggi.
Busi panas adalah busi dengan kemampuan
menyerap dan melepas panas yang lambat. Jenis ini digunakan untuk mesin yang
temperatur kerja dalam ruang bakarnya rendah.
Diantara kedua jenis busi tersebut
terdapat satu jenis busi lagi, yaitu Busi Sedang (Medium Type Spark Plug).
Komentar