Kegiatan Belajar 9 PKSM - Pengapian Elektronik (CDI)
SISTEM
PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI)
Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi
pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam
silinder. Seperti yang kita ketahui bahwa sistem
pengapian
konvensional menggunakan gerakan mekanik kontak platina untuk menghubung dan
memutus arus primer, maka kontak platina mudah sekali aus dan memerlukan
penyetelan/perbaikan dan penggantian setiap periode tertentu. Hal ini merupakan
kelemahan mencolok dari sistem pengapian konvensional. Dalam perkembangannya,
ditemukan sistem pengapian elektronik sebagai penyempurna sistem pengapian.
Salah satu sistem pengapian elektronik yang populer adalah sistem pengapian CDI
(Capacitor Discharge Ignition). Sistem pengapian CDI merupakan system pengapian
elektronik yang bekerja dengan memanfaatkan pengisian (charge) dan pengosongan
(discharge) muatan kapasitor. Proses pengisian dan pengosongan muatan kapasitor
dioperasikan oleh saklar elektronik seperti halnya kontak platina (pada sistem
pengapian konvensional).
Sebagai pengganti kontak platina, pada sistem pengapian elektronik digunakan
SCR/Silicon Controlled Rectifier (yang disebut Thyristor switch) . SCR bekerja
berdasarkan sinyal-sinyal listrik, sehingga pada sistem pengapian elektronik
didapatkan beberapa keuntungan yaitu :
1)
Keuntungan Mekanik :
a)
Tidak terdapat gerakan mekanik/gesekan antar
komponen pada SCR, sehingga tidak terjadi keausan komponen.
b)
Tidak memerlukan perawatan/penyetelan dalam
jangka waktu yang pendek seperti pada sistem pengapian konvensional.
c)
Kerja sistem pengapian elektronik stabil (karena
tidak ada keausan komponen) sehingga bahan bakar relatif ekonomis karena
pembakaran lebih sempurna.
d)
Tidak sensitif terhadap air karena komponen
sistem pengapian dapat dikemas kedap air.
2)
Keuntungan Elektrik
a)
Tegangan pengapian cukup besar dan konstan,
sehingga pembakaran lebih sempurna dan kendaraan mudah dihidupkan.
b)
Busi menjadi lebih awet karena pembakaran lebih
sempurna.
Adapun kekurangan sistem pengapian elektronik adalah :
1)
Apabila terjadi kerusakan terhadap salah satu
komponen di dalam unit CDI, berakibat seluruh rangkaian CDI tidak dapat bekerja
dan harus diganti satu unit.
2)
Biaya/harga penggantian unit CDI relatif lebih
mahal.
Sistem Pengapian Elektronik (CDI) dibagi 2 :
1)
Sistem Pengapian Magnet Elektronik (AC-CDI) Sumber
tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang digunakan merupakan arus
bolak-balik (AC)
2)
Sistem Pengapian Baterai Elektronik (DC-CDI) Sumber
tegangan diperoleh dari tegangan baterai (yang disuplay oleh sistem pengisian),
sehingga arus yang digunakan merupakan arus searah (DC)
1)
Sistem Pengapian Magnet Elektronik
(AC-CDI)
Komponen Sistem Pengapian AC-CDI
a)
Sumber Tegangan, berfungsi sebagai penyedia
tegangan yang diperlukan oleh sistem pengapian. Sumber tegangan system pengapian
magnet elektronik AC merupakan sumber tegangan AC (Alternating Current), berupa
Alternator (Kumparan Pembangkit/stator dan Magnet/rotor). Alternator berfungsi untuk
mengubah energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin menjadi tenaga listrik
arus bolak-balik (AC). Pada sepeda motor, rotor juga berfungsi sebagai fly
wheel.
Alternator
b)
Kunci Kontak (Ignition Switch), berfungsi
sebagai saklar utama untuk menghubung dan memutus (On-Off) rangkaian pengapian
(dan rangkaian kelistrikan lainnya) pada sepeda motor. Kunci kontak untuk
pengapian AC merupakan tipe pengendali massa.
(1)
Pada posisi OFF dan LOCK, kunci kontak
membelokkan tegangan dari sumber tegangan (alternator) yang dibutuhkan oleh
sistem pengapian ke massa melalui terminal IG dan E kunci kontak, sehingga
sistem pengapian tidak dapat bekerja. Di sisi lain, pada posisi OFF dan LOCK kunci
kontak juga memutuskan hubungan tegangan (+) baterai (terminal BAT dan BAT 1)
sehingga seluruh system kelistrikan tidak dapat dioperasikan.
(2)
Pada posisi ON, kunci kontak memutuskan hubungan
terminal IG dan E, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator diteruskan
ke system pengapian. Sistem pengapian dapat dioperasikan, disamping itu
hubungan terminal BAT dan BAT 1 terhubung sehingga seluruh system kelistrikan
dapat dioperasikan.
Kunci Kontak Pengapian AC-CDI
c)
Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk
menaikkan tegangan yang diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi
tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian. Dalam koil pengapian terdapat
kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan
plat besi tipis. Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm, dengan
jumlah lilitan 200 – 400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder
0,05 – 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000 – 15.000 kali. Karena
perbedaan jumlah gulungan pada kumparan primer dan sekunder tersebut, dengan
cara mengalirkan arus listrik secara terputus-putus pada kumparan primer (sehingga
pada kumparan primer timbul/hilang kemagnetan secara tiba-tiba), maka kumparan
sekunder akan terinduksi sehingga timbul induksi tegangan tinggi sebesar ±
20.000 volt.
Koil Pengapian
d)
Unit AC-CDI, merupakan serangkaian komponen
elektronik yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan
dan memutuskan arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian
(charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor, kemudian dialirkan melalui
kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi
pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet. Prinsip kerja AC-CDI
adalah sebagai berikut :
Rectifier bekerja
menyearahkan arus AC yang dihasilkan oleh sumber tegangan (alternator) maupun
oleh signal generator (pick up coil). Kapasitor (capacitor) menyimpan energi
hasil induksi dari kumparan stator alternator dimana terdapat magnet permanen yang
berputar (rotor alternator) di dekat kumparan stator. Thyristor switch
merupakan saklar elektronik yang akan mengosongkan kapasitor yang sudah
bermuatan tersebut, sinyal trigger didapatkan dari arus yang dihasilkan oleh
pick up coil yang mengalir melalui kaki Gate (G).
Akibatnya Thyristor
aktif dan menghubungkan kedua terminal kapasitor melalui terhubungnya terminal
Anoda (A) dan Katoda (K) pada Thyristor. Kapasitor akan melepaskan muatannya secara
cepat (discharge) melalui kumparan primer koil pengapian (Ignition Coil) untuk
menghasilkan induksi pada kumparan primer maupun induksi tegangan tinggi pada
kumparan sekunder koil pengapian.
*) Thyristor switch
merupakan saklar elektronik yang bekerja lebih cepat daripada kontak platina
(saklar mekanik) dan kapasitor mendischarge sangat cepat. Karena itu, tegangan
tinggi yang dihasilkan semakin besar karena kumparan sekunder koil pengapian
terinduksi dengan cepat, sehingga pijaran api yang dihasilkan pada busi menjadi
lebih kuat.
e)
Kumparan Pembangkit Pulsa (Signal generator/Pick
up coil), bekerja bersama reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger (pemicu)
yang dimanfaatkan oleh Thyristor untuk mendischarge seluruh muatan kapasitor. Pick
up coil terdiri dari suatu lilitan kecil yang akan menghasilkan arus listrik AC
apabila dilewati oleh perubahan garis gaya magnit yang dilakukan oleh reluctor
yang terpasang pada rotor alternator. Prinsip kerja pick up coil dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Prinsip Kerja Pick Up Coil
f) f) Busi (Spark Plug), mengeluarkan arus listrik
tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan bunga
api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua kutup elektroda
busi (± 20.000 volt).
Komentar